Minggu, 20 Maret 2016

Konsep Bermain

TUGAS MAKALAH

SEJARAH OLAHRAGA
KONSEP DASAR BERMAIN OLAHRAGA

( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SEJARAH OLAHRAGA )
Dosen Pengampu : Muhammad Iqbal, M. Pd


Disusun Oleh Kelompok 10  :
*      Narulita Farah Dhika              (20148500013)
*      Deni Trimulyani                      (20148500009)
*      Fahmi Jamalullail                    (20148500014)
*      Eko Uly Jhon Hagabeon         (20148500008)
*      Dede Irfan                              (20148500018)



PENDIDIKAN OLAHRAGA
STKIP KUSUMANEGARA
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konsep Dasar Bermain Olahraga.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.


                                                                                                       
                                                                              Jakarta , September  2015













DAFTAR ISI





KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….


DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………


BAB I   PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG…………………………………………………………..
B.     RUMUSAN MASALAH………………………………………………………..
C.    TUJUAN…………………………………………………………………………

BAB II   PEMBAHASAN
A.    DEFINISI KONSEP
B.     KONSEP DASAR BERMAIN OLAHRAGA DALAM KONTEKS BERMAIN DAN OLAHRAGA
C.    HAKEKAT BERMAIN
D.    KONSEP DASAR BERMAIN (Play)

BAB III   PENUTUP
A.    KESIMPULAN…………………………………………………………………
B.     SARAN…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………







BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                                       

A.   LATAR BELAKANG

Pada hakekatnya aktivitas bermain dengan konsep olahraga sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan, harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam perkembangannya, olahraga telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk menjaga serta meningkatkan kondisi fisik agar tetap bersemanagat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk berprestasi.


B.   RUMUSAN MASALAH
Dalam perumusan masalah ini adalah :
-          Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar bermain ?


C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
-          untuk mengetahui konsep dasar bermain.





BAB II
PEMBAHASAN


A.   Definisi Konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.

B.   Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga
Konsep adalah mental image tentang suatu objek atau makna yang tertangkap berdasarkan ciri-ciri umum yang terdapat pada suatu objek (lutan , 1992). Konsep merupakan satu atau pengertian umum yang biasanya disusun dengan satu kata, simbol atau tanda (Chaplin, 1993). Sebagai contoh, daya tahan adalah konsep yang kita jumpai dalam olahraga. Konsep itu kita pahami sebagai kemampuan untuk melakukan kerja fisik terus menerus tanpa kelelahan yang berlebihan. Kita juga akan menangkap makna dari suatu gejala, seperti misalnya kemampuan seseorang untuk mengangkat sejumlah kepingan besi. Segera kita mengatakan orang itu kuat. Dalam contoh itu, kekuatan juga merupakan sebuah konsep yang sering didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerahkan tegangan otot untuk mengatasi suatu tahanan. Jadi, konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.

C.   HAKEKAT BERMAIN

Winning or Losing is not important. It’s about how to play!
The student are the centre (not sport). We’ll start thinking from the cetral idea of the games and so we’ve to make modified games. “ (Mr. Bart Crum, Mr. Jorg Radstake and Mr. Mart Regterschot UPI - Bandung Indonesia, February 20 – March 3, 2006)
Dalam aktivitas pendidikan jasmani yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau keterlibatan peserta didik dalam permainan, ungkapan kalimat di atas dapat dijadikan sebagai MOTTO bahwa:
MENANG ATAU KALAH TIDAKLAH PENTING.
INI ADALAH TENTANG CARA BERMAIN.
SISWA ADALAH SEBAGAI PUSAT (BUKAN OLAHRAGANYA). KITA AKAN MULAI BERPIKIR DARI PUSAT PERMAINAN/GAGASAN POKOK PERMAINAN, OLEH KARENA ITU KITA DAPAT MEMBUAT MODIFIKASI-MODIFIKASI DALAM PERMAINAN-PERMAINAN TERSEBUT.
Dalam ”konteks” pembelajaran pendidikan jasmani, ”menang atau kalah tidaklah penting”, yang penting adalah tentang bagaimana peserta didik tersebut dapat terlibat aktif dan mendapatkan kesenangan serta kepuasan dalam permainan tersebut. Apapun bentuk aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, mereka harus pernah mendapatkan keberhasilan menurut perasaan mereka atau menurut pendapat orang lain sekalipun.
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa  bermain mempunyai arti sebagai berikut :
Ø  Anak mengembangkan potensi-potensinya yang ada  padanya
Ø  Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psiksososial dan emosional)
Ø  Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indrahnya sehingga terlatih dengan baik
Ø  Secara ilmiah memotivasi anak untuk mengetahui lebih dalam lagi.




D.   Konsep Dasar Bermain (Play)

Berbagai macam respons secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk kegiatan bermain sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai makhluk bermain, sebagai kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Karya Klasik Johan Huizinga Homo Ludens (1955) dalam filsafat olahraga memaparkan karakteristik bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela.berbeda dengan motif bermain pada anak yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk merangsang perkembangan fisik dan mentalnya, pada orang dewasa bermain dilakukan sebagai kebutuhan, tanpa paksaan dan dilaksanakan karena orang mau melaksanakannya. Karena itu bagi orang dewasa bermain bukan karena desakkan kewajiban tugas atau kewajiban moral.
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34), menyatakan ciri yang paling khas dalam bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas dari etika, seperti tersirat dalam semangat fair play yang selanjutnya menguji kesunguhan, keberanian, dan kejujuran pemain. Fair play adalah kesiapan dan kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan mematuhi aturan bermain yang telah di sepakati bersama.
Karakteristik bermain meliputi :
1.      Bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2.      Aktifitas bermain terpisah.
3.      Hasil dari aktifitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui atau tidak direncanakan sebelumnya.
4.      Hanya murni aktifitas saja dan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5.      Peraturan bermain tergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6.      Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata atau sehari-hari.

Huizenga, Roger Cailois (1955) membagi permainan menjadi empat katagori utama, yaitu :
A.     Agon
Jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Dalam pelaksanaannya, kedua pihak yang berlawanan memperoleh hak dan kesempatan yang sama. Hal ini diatur oleh peraturan. Karena itu, wasit yang mengatur jalannya pertandingan, menjalankan tugasnya tanpa memihak. Tujuan akhir ialah mendapatkan kemenangan. Karena itu, perjuangan fisik begitu menonjol, seperti terungkap dalam kualitas kemampuan organ tubuh berfungsi, misalnya kecepatan, daya tahan , dan lain – lain. Permainan tenis, bulu tangkis, sepak bola, dan lain sebagainya yang sejenis merupakan contoh dari permainan yang tergolong agon.
B.      Alea
Dalam bahasa Latin kata ini digunakan untuk permainan memakai dadu. Caillois menggunakan istilah itu untuk menamakan sekelompok permainan yang hasilnya bersifat untung – untungan atau keberuntungan salah satu pihak seperti permainan dadu, rulet, bakarat, lotre, dll, merupakan contoh contoh yang mudah dipahami. Dalam pelaksanaannya, si pemain cenderung pasif dan tak memperagakan kemampuan yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot atau kecerdasan.
C.     Mimikri
Jenis ini mencakup semua bentuk permaian yang mengandung ciri pokok bermain  seperti yang dikemukakan Huizinga yaitu kebebasan, batasan waktu dan ruang, dan bukan sungguhan. Tersirat di dalamnya ilusi, imajinasi, dan interpretasi. Semua jenis permainan anak – anak yang cenderung berpura – pura seperti main perang- perangan, memanusiakan benda, dan memperlakukan suatu objek dengan fungsi lain (misalnya, kursi sebagai mobil) tergolong jenis mimikri.
D.    Ilinx
Jenis ini mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak, bertualang, dan dalam wujud kegiatan dinamis sebagai lawan dari keadaan diam, stabil, atau seimbang. Contoh dari bentuk permainan ini adalah mendaki gunung, olahraga di alam terbuka, permainan ayunan anak – anak.




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Konsep sebenarnya merupakan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
Bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga.


B.   Saran

1.      Mahasiswa/i STKIP Kusumanegara disarankan agar memahami apa itu konsep dalam olahraga, dan konsep bermain.
2.      Untuk Guru penjas disarankan agar dalam proses pembelajaran dapat menempatkan posisi saat mengajar.









DAFTAR PUSAKA

Husdarta (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung : ALFABETA
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
H. ABDULKADIR ATENG. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani (1992)
Rusli Lutan (1992) Manusia dan Olahraga. Seri bahan kuliah. Bandung : Institut Teknologi bandung .
Huizinga, Johan (1955). Homo ludens; a study of the play-element in culture. Boston: Beacon Press. ISBN 978-0807046814.

Hizinga, Roger Cailois (1955) The Philosophy of Play
http://rintoboediono.blogspot.co.id/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar