TUGAS MAKALAH
SEJARAH OLAHRAGA
KONSEP DASAR BERMAIN OLAHRAGA
( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SEJARAH
OLAHRAGA )
Dosen Pengampu : Muhammad Iqbal, M. Pd
Disusun Oleh Kelompok 10 :





PENDIDIKAN
OLAHRAGA
STKIP
KUSUMANEGARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang Konsep Dasar
Bermain Olahraga.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Jakarta , September 2015
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG…………………………………………………………..
B.
RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………..
C.
TUJUAN…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
KONSEP
B.
KONSEP
DASAR BERMAIN OLAHRAGA DALAM KONTEKS BERMAIN DAN OLAHRAGA
C.
HAKEKAT
BERMAIN
D.
KONSEP
DASAR BERMAIN (Play)
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN…………………………………………………………………
B.
SARAN…………………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSAKA……………………………………………………………………………
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pada
hakekatnya aktivitas bermain dengan konsep olahraga sangat memperhatikan adanya
perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta
didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan, harus
mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam
perkembangannya, olahraga telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk menjaga
serta meningkatkan kondisi fisik agar tetap bersemanagat dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk berprestasi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dalam
perumusan masalah ini adalah :
-
Apakah yang dimaksud dengan konsep dasar
bermain ?
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah :
-
untuk mengetahui konsep dasar bermain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa
latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The
classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun
utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia..
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan
dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari
pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik
Berbagai pengertian konsep dikemukan
oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga
sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi
antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang
lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari
situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran
mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep
adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,
memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana
mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.
B. Konsep
Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga
Konsep
adalah mental image tentang suatu objek atau makna yang
tertangkap berdasarkan ciri-ciri umum yang terdapat pada suatu objek (lutan ,
1992). Konsep merupakan satu atau pengertian umum yang biasanya disusun dengan
satu kata, simbol atau tanda (Chaplin, 1993). Sebagai contoh, daya tahan adalah
konsep yang kita jumpai dalam olahraga. Konsep itu kita pahami sebagai
kemampuan untuk melakukan kerja fisik terus menerus tanpa kelelahan yang
berlebihan. Kita juga akan menangkap makna dari suatu gejala, seperti misalnya
kemampuan seseorang untuk mengangkat sejumlah kepingan besi. Segera kita
mengatakan orang itu kuat. Dalam contoh itu, kekuatan juga merupakan sebuah
konsep yang sering didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerahkan
tegangan otot untuk mengatasi suatu tahanan. Jadi, konsep sebenarnya merupkan
label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang
berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
C. HAKEKAT BERMAIN
Winning or Losing is not important.
It’s about how to play!
The
student are the centre (not sport). We’ll start thinking from the cetral idea
of the games and so we’ve to make
modified games. “ (Mr. Bart Crum, Mr. Jorg Radstake and Mr.
Mart Regterschot UPI - Bandung Indonesia, February 20 – March 3, 2006)
Dalam
aktivitas pendidikan jasmani yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau
keterlibatan peserta didik dalam permainan, ungkapan kalimat di atas dapat
dijadikan sebagai MOTTO bahwa:
MENANG ATAU KALAH TIDAKLAH PENTING.
INI ADALAH TENTANG CARA BERMAIN.
SISWA
ADALAH SEBAGAI PUSAT (BUKAN OLAHRAGANYA). KITA AKAN MULAI BERPIKIR DARI PUSAT PERMAINAN/GAGASAN
POKOK PERMAINAN, OLEH KARENA ITU KITA DAPAT MEMBUAT MODIFIKASI-MODIFIKASI DALAM
PERMAINAN-PERMAINAN TERSEBUT.
Dalam ”konteks” pembelajaran pendidikan jasmani, ”menang atau
kalah tidaklah penting”, yang penting adalah tentang bagaimana peserta didik
tersebut dapat terlibat aktif dan mendapatkan kesenangan serta kepuasan dalam
permainan tersebut. Apapun bentuk aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik,
mereka harus pernah mendapatkan keberhasilan menurut perasaan mereka atau
menurut pendapat orang lain sekalipun.
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan
hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
Ø Anak
mengembangkan potensi-potensinya yang ada padanya
Ø Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik fisik,
intelektual, bahasa dan perilaku (psiksososial dan emosional)
Ø Anak terbiasa
menggunakan seluruh aspek panca indrahnya sehingga terlatih dengan baik
Ø Secara ilmiah
memotivasi anak untuk mengetahui lebih dalam lagi.
D.
Konsep Dasar Bermain (Play)
Berbagai
macam respons secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk
kegiatan bermain sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai makhluk bermain,
sebagai kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan
ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai
hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang
tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain
bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain
dapat ditemukan di dalam keduanya.
Karya
Klasik Johan Huizinga Homo Ludens (1955) dalam filsafat olahraga memaparkan
karakteristik bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan
sukarela.berbeda dengan motif bermain pada anak yang dilakukan karena merupakan
dorongan naluri yang berguna untuk merangsang perkembangan fisik dan mentalnya,
pada orang dewasa bermain dilakukan sebagai kebutuhan, tanpa paksaan dan
dilaksanakan karena orang mau melaksanakannya. Karena itu bagi orang dewasa
bermain bukan karena desakkan kewajiban tugas atau kewajiban moral.
Menurut
tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34), menyatakan ciri yang paling khas
dalam bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin
dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari.
Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain
pada anak misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh,
namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi
dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas dari etika, seperti
tersirat dalam semangat fair play yang selanjutnya menguji
kesunguhan, keberanian, dan kejujuran pemain. Fair play adalah
kesiapan dan kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan
mematuhi aturan bermain yang telah di sepakati bersama.
Karakteristik bermain
meliputi :
1. Bebas,
sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2. Aktifitas
bermain terpisah.
3. Hasil
dari aktifitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui atau tidak
direncanakan sebelumnya.
4. Hanya
murni aktifitas saja dan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang
permanen.
5. Peraturan
bermain tergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6. Kualitas
bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata atau sehari-hari.
Huizenga, Roger Cailois
(1955) membagi permainan menjadi empat katagori utama, yaitu :
A.
Agon
Jenis permainan ini mencakup semua bentuk permainan yang
bersifat pertandingan atau perlombaan. Dalam pelaksanaannya, kedua pihak yang
berlawanan memperoleh hak dan kesempatan yang sama. Hal ini diatur oleh
peraturan. Karena itu, wasit yang mengatur jalannya pertandingan, menjalankan
tugasnya tanpa memihak. Tujuan akhir ialah mendapatkan kemenangan. Karena itu,
perjuangan fisik begitu menonjol, seperti terungkap dalam kualitas kemampuan
organ tubuh berfungsi, misalnya kecepatan, daya tahan , dan lain – lain.
Permainan tenis, bulu tangkis, sepak bola, dan lain sebagainya yang sejenis
merupakan contoh dari permainan yang tergolong agon.
B.
Alea
Dalam bahasa Latin kata ini digunakan untuk permainan
memakai dadu. Caillois menggunakan istilah itu untuk menamakan sekelompok
permainan yang hasilnya bersifat untung – untungan atau keberuntungan salah
satu pihak seperti permainan dadu, rulet, bakarat, lotre, dll, merupakan contoh
contoh yang mudah dipahami. Dalam pelaksanaannya, si pemain cenderung pasif dan
tak memperagakan kemampuan yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot
atau kecerdasan.
C.
Mimikri
Jenis ini mencakup semua bentuk permaian yang mengandung
ciri pokok bermain seperti yang dikemukakan Huizinga yaitu kebebasan,
batasan waktu dan ruang, dan bukan sungguhan. Tersirat di dalamnya ilusi,
imajinasi, dan interpretasi. Semua jenis permainan anak – anak yang cenderung
berpura – pura seperti main perang- perangan, memanusiakan benda, dan
memperlakukan suatu objek dengan fungsi lain (misalnya, kursi sebagai mobil)
tergolong jenis mimikri.
D.
Ilinx
Jenis ini mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan
pelampiasan keinginan untuk bergerak, bertualang, dan dalam wujud kegiatan
dinamis sebagai lawan dari keadaan diam, stabil, atau seimbang. Contoh dari
bentuk permainan ini adalah mendaki gunung, olahraga di alam terbuka, permainan
ayunan anak – anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep
sebenarnya merupakan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen
dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
Bermain
adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan
biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu
sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada
anak misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun
bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan
tenaga.
B. Saran
1.
Mahasiswa/i STKIP Kusumanegara
disarankan agar memahami apa itu konsep dalam olahraga, dan konsep bermain.
2.
Untuk Guru penjas disarankan agar dalam
proses pembelajaran dapat menempatkan posisi saat mengajar.
DAFTAR PUSAKA
Husdarta (2010). Sejarah
dan Filsafat Olahraga, Bandung : ALFABETA
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
H. ABDULKADIR ATENG. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani (1992)
Rusli Lutan (1992) Manusia dan Olahraga. Seri bahan kuliah.
Bandung : Institut Teknologi bandung .
Huizinga, Johan (1955).
Homo ludens; a study of the play-element in culture. Boston: Beacon Press. ISBN
978-0807046814.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar